Al Haris, Calon Bupati Merangin
2013-2018, ialah sosok dengan hidup yang penuh perjuangan. Siapa sangka dulu
dia pernah menjual koran (Loper), penjual martabak, tukang ganti oli, bahkan
operator di RRI. Sejak merantau ke Bangko dari tanah kelahirannya di Desa
Sekancing Kecamatan Tiang Pumpung Kabupaten Merangin, Haris -sapaan akrabnya-,
memulai setapak demi setapak kehidupannya dengan penuh keringat, tangisan dan
harapan. Sosok yang sangat menginspirasi.
Lulus SD tahun 1985, pria
kelahiran Sekancing 23 November 1973 ini berniat menyambung sekolah di SMP
Negeri, tekadnya baja, semangatnya membara. Meski ekonomi orang tuanya yang
hanya petani kurang mampu menopang semangatnya bersekolah. Haris tetap semangat.
Putra tertua dari pasangan Zarkawi dan Hj. Zuriah ini mendaftar ke sekolah
swasta setempat, SMP PGRI Sekancing yang berjarak sekitar 2 KM dari rumahnya. Kepala
Sekolahnya sewaktu itu adalah Harun. A
Haris menghabiskan waktu
sekolahnya dengan sangat padat. Pagi ikut membantu ayahnya motong karet di
kebun, jam 13.00 baru bersekolah. Selama tiga tahun aktivitas ini dilakukannya
tanpa lelah. Dia tahu, suatu saat, kerja kerasnya akan membuahkan hasil. Impiannya
untuk menjadi seseorang yang berguna terus melekat di jiwanya.
Dia lulus SMP tahun 988, tahun
berikutnya SMP PGRI Sekancing pun harus tutup. Haris berniat melanjutkan study
ke SMA Negeri. Lagi-lagi semangatnya terhalang biaya. SMA Negeri waktu itu
hanya ada di Kota Bangko. Jaraknya sangat jauh dari Sekancing. Beruntung ayahnya
mendukung, maka untuk mendukung sekolahnya, ayahnya menjual sebidang tanah
untuk biaya pendaftaran dan membeli baju serta alat tulis.
Berbekal uang seadanya. Haris berangkat
ke Kota Bangko. Lulusan SMP itu sempat tercenung, ketik tahu bahwa SMA Negeri
sudah tutup pendaftaran, dia terpaksa mendaftar ke SMA Swasta, SMA DB Bangko. Lokasinya
di salah satu SD dekat kawasan Jam Gento.
Selama SMA, kehidupan sulung dari
lima bersaudara ini semakin memprihatinkan. Dia terpaksa bekerja diluar jam
pelajaran sekolah, untuk menopang kebutuhan hidup sehari-hari selama tinggal di
Bangko. Jadilah profesi pertamanya sebagai karyawan disalah satu toko Kelontong
Pasar Bawah, milik ibunda Kanceng (salah seorang Kabid di Dinas PU Merangin).
Selama bekerja, ia digaji dengan
beras. Haris memutuskan berhenti. Dia butuh uang untuk membayar SPP. Makanya usai
itu ia melamar di Toko Buku Singgalang Bangko sebagai penjual koran (loper). Nah,
dari sinilah dia mulai mengenal dunia media hingga akhirnya suatu saat ia
dikenal oleh awak media massa di Jambi.
Sebagai loper koran, Haris diwajibkan mengambil koran dan majalah di
pagi hari sekitar pukul 05.30. saai itu ia menjual koran Singgalang, Sriwijaya
Post, Sentana, Sinar Pagi, Kompas dan beberapa majalah lain. Karena malu
kepergok orang kampung yang melihatnya menjual koran. Haris mengenakan topi
yang mirip dengan serdadu Jepang (tertutup dibagian samping dan belakang
kepala) dibulan pertama menjual koran.
Setelah mengambil koran, pertama-tama ia berjualan di kawasan Pasar
Bawah, dari toko-toko emas sampai toko-toko pakaian. Dengan berjalan kaki
mengitari Pasar Bawah, Haris menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam, usai itu dia
berjalan kaki ke terminal bus di dekat Pasar Baru, disana dia kembali keluar
masuk toko menawarkan koran yang dibawanya. Setelah terjual beberapa eksemplar.
Haris berjalan lagi menuju komplek perkantoran Bupati, SPBU, lalu ke
perkantoran di Pematang Kandis.
Hari mulai tinggi, keringat Haris bercucuran, rasa lapar mengerogoti
perutnya. Karena berjualan koran hanya dapat keuntungan sedikit (kira-kira Rp.
50 sampai Rp. 100 per eksemplar). Haris hanya mampu membeli nasi putih. Lauknya
berupa kuah gulai tanpa isi yang dimintanya dari rumah makan. Kondisi ini terus
dialaminya selama berjualan koran. Sisa uang yang didapat disimpan untuk
membantu orang tuanya di kampung.
Sekitar pukul 12.30, Haris kembali ke rumah, waktu itu dia tinggal di
rumah penjaga TK Pertiwi, lokasinya tak berapa jauh dari SMA DB Bangko. Pukul 13.00
Haris mulai bersekolah layaknya anak lain. Saat dikelas tiga. Haris berhenti
jadi penjual koran. Dia mulai fokus menjadi tukang ganti oli mobil di Toko Bram
Motor. Selama bekerja, dia makan dan tinggal di toko itu, tak beberapa lama,
dia pindah lagi ke Toko Edi Sarang Motor sampai akhirnya menyelesaikan ujian
Ebtanas di tahun 1991.
Begitu mengantongi ijazah SMA, pemuda gigih ini nekat merantau ke Kota
Jambi demi mencari pekerjaan. PT. Tanjung Johor Wood Industry (PT. TJWI atau
PT. Sabak Indah), adalah perusahaan pertama yang diliriknya. Setelah memasukkan
lamaran, menunggu beberapa saat, ternyata dia diterima. Tapi sayang, ketika mau
mulai bekerja di Sabak, orang tuanya dikampung sakit, mendengar kabar itu Haris
bergegas pulang ke Sekancing Bangko, pekerjaan di PT. TJWI akhirnya dibatalkan.
Sekembalinya dari kampung, Haris kembali merantau ke Kuala Tungkal,
disana ia melamar di pabrik ubur-ubur. Tapi karena dinilainya tidak ada
prospek, sebulan kemudian dia berangkat lagi ke Kota Jambi, di Kota Jambi
inilah dia memulai karis PNS.
Setibanya di Kota Jambi, Haris mendengar kabar penerimaan pegawai di
RRI Jambi, secepat kilat dia memasukkan bahan, sewaktu itu yang diterima hanya
lulusan SMP. Jadilah pemuda lulusan SMA itu melamar dengan ijazah SMP, dan
ternya dia diterima. Tapi SK baru turun 1 tahun kemudian, sambil menunggu SK
turun, Haris berangkat lagi ke kota Bangko.
Tiba di Bangko, Haris sempat bingung mau bagaimana untuk bertahan
hidup, uang sedikit, pekerjaan belum punya, tempat tinggal juga tidak punya. Dalam
hati dia mulai berfikir untuk bekerja, menjelang SK yang akan turun.
Tapi, lagi-lagi pemuda banyak akal ini punya solusi. Dengan nekat dan
mengabaikan rasa gengsi. Haris bergabung dengan penjual martabak di Pasar Bawah,
beruntung Anik dan Halim, dua pedagang martabak asal Padang (Sumatera Barat),
menerimanya dengan tangan terbuka, keduanya bahkan mempersilahkan Haris tinggal
bersama mereka.
Anik dan Halim dengan sabar mengajarinya meracik bumbu, mengaduk
tepung, menggoreng, sampaikan menyajikan martabak yang siap santap. Haris dengan
semangat melakukan itu semua dengan pemikiran sederhana “Kalau Sampai SK PNS di RRI tidakkeluar, setidaknya aku bisa melanjutkan hidup dengan berjualan martabak”.
Dia membuang impian muluk-muluk. Dia sadar, sejak dari kecil sampai sekarang
kesederhanaan telah menjadi teman akrabnya. Kesederhanaan ini pulalah yang
kelak akan dibawanya sampai dia menjadi sosok disegani di Pemerintah Provinsi
Jambi.
Tiga bulan berdagang martabak di Pasar Bawah, mereka bertiga pindah ke
Pasar Baru, saat itulah Maret 1992, SK di RRI Jambi keluar. Dia dinyatakan
diterima dan diangkat sebagai PNS Golongan I sebagai staf teknis dengan job
operator studio. Gaji pertama yang diterimanya hanya Rp. 36.000. cukuplah untuk
bertahan hidup.
Haris ditempatkan di pemancar RRI Mendalo, selama bertugas, dia tinggal
di rumah orang tua angkat, Basir Manan, sepupu H. Samsudin Uban, mantan Bupati
Sarko tahun 1970-an, tiga bulan di Mendalo, dia dipindah tugaskan ke RRI
Telanaipura sebagai operator studio, sehari-hari, dia bertugas mengatur jadwal
acara, musik dan kapan penyiar harus bicara saat tayang. Haris mengontrak
bedeng dibelakang RRI Telanaipura.
Suatu pagi, ketika berjalan di depan RRI, Haris berpapasan dengan
Kepala Stasiun (Kepsta) baru pindahan dari RRI Bogor. Disinilah dia merasakan
betapa keberuntungan sangat dekat dengan dirinya yang sederhana. Kepsta itu
bertanya kepadanya tentang tempat tinggal, setelah dijawabnya, Kepsta itu
menawarkan agar Haris menemaninya tinggal di rumah dinas sampai istrinya yang
di Bogor pindah ke Jambi.
Hari-hari Haris dirumah dinas Kepsta diisi dengan tugas memasak nasi,
membeli lauk, memasak air panas untuk mandi, menyeterika baju dan menemani
Kepsta berangkat ke kantor, ini terus dilakoninya hingga istri Kepsta tiba di
Jambi. Rencananya Haris hanya sementara tinggal disana, tak tahunya, setelah
istri Kepsta tiba, dia tetap tinggal disana sampai akhirnya lulus ASM Jambi.
Ya, ASM Jambi, ketika tahun 1993, Haris yang lulusan SMA DB Bangko itu
melanjutkan study di ASM Jambi, jarak antara kantor (Telanaipura) dan Kampus
Simpang Kawat) yang lumayan jauh, ditambah uang dikantong yang tipis memaksa
Haris kembali berjalan kaki dari kantor-kampus, dan kampus-kantor.
Sore hari ketika pukul 15.00. Haris mulai berjalan dari kantornya
melalui rute yang sama. PLN-Adhyaksa-Lorong Saudara-Kantor Kelurahan
Selamat-ASM Jambi, sepanjang perjalanan, Haris tak pernah membayangkan bahwa
suatu saat nanti, dia akan menjadi Lurah di Kantor Kelurahan Selamat yang
setiap hari dilaluinya itu.
Tiba di ASM, perkuliahan dimulai pukul 16.00. sekitar pukul 21.00
perkuliahan berakhir. Haris kembali ke rumahnya di Telanaipura untuk
beristirahat dengan keletihan yang mendera di kaki (bayangkan berjalan
bolak-balik kantor-ASM, ASM-kantor), dan pikirannya (karena harus memikirkan
tugas dan materi kuliah).
Dua tahun sebelum lulus, Haris menyunting putri dari Gunung Masurai,
gadis desa Muara Madras, Hesnidar (Hesti). Gadis yang telah meruntuhkan hatinya
ini dikenalnya dalam suatu acara di Museum Jambi sekitar tahun 1993. Saat itu
Hesti adalah Ajudan istri Bupati Merangin Zainul Imron. Sejak pertemuan pertama
itulah, Haris bertekad menjadikan Hesti sebagai pendamping hidupnya.
Lagi-lagi Haris harus berjuang, jika dulu berjuang untuk bertahan
hidup, kini ia berjuangan demi meraih cintanya, dua tahun sejak pertemuan
pertama, tepatnya pada 5 Agustus 1995, dia akhirnya berhasil mempersunting
Hesti, dia tidak pernah menyangka bahwa tanggal pernikahannya itu juga sebagai
tanggal ulang tahun Kabupaten Merangin, kebetulan yang manis.
Setelah lulus ASM tahun 1998, Haris menghadap Hasan Basri Agus (HBA)
yang sewaktu itu menjabat sebagai Kepala Biro Kepegawaian Setda Provinsi Jambi,
dan sejak saat itu Haris selalu dekat dengan HBA, HBA sudah dianggap sebagai
orang tua, sahabat dan guru baginya, kemana-mana dia selalu diajak, hampir
setiap saat HBA membagi pengalaman dan pelajaran berharga tentang birokrasi pemerintahan
kepada Haris. Sosok HBA sangat melekat bagi Haris sejak awal pertemuan sampai
sekarang sebagai Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jambi.
Tahun 1999, Haris mengajukan pindah ke Pemprov Jambi sebagai penatar P4
bagi Pejabat Eselon III di Pemprov. Karena sewaktu kuliah di ASM dia pernah
ikut pelatihan P4 tingkat nasional pola 144 jam, dan mendapat SK BP7 Pusat,
Haris yang masih golongan II berhak memberikan penataran kepada pegawai Eselon
III se-Provinsi Jambi, bermodal SK itulah Haris mengajukan pindah dari RRI ke
BP7.
Tapi sayang, tak beberapa lama kemudian BP7 bubar, Haris
terkatung-katung ditempatkan di Biro Kepegawaian Setda Provinsi Jambi, disini,
dia sempat disiapkan menjadi Ajudan Wakil Gubernur Jambi Uteng Suryadiatna,
tapi tak jadi karena dia melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Berbekal ijazah Sarjana Muda, Haris mengajukan diri tugas belajar di
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara Lembaga Administrasi Negara Bandung
(STIA-LAN Bandung), waktu berlalu demikian cepat, tahun 2001, dia lulus di
STIA-LAN Bandung dan kembali ke Jambi dengan tugas sebagai Sekretaris Lurah
Selamat Pemkot Jambi.
Nah, saat inilah Haris bernostalgia sambil melihat ke arah jalan depan
Kantor Lurah Selamat, masih melekat di ingatannya bagaimana letihnya dia tiap
hari berjalan kaki bolak-balik dari kantor-kampus melalui jalan itu.
Tahun 2004, Haris diangkat menjadi Lurah Selamat, tak beberapa lama
kemudian dia meraih penghargaan sebagai salah satu Lurah Teladan yang mewakili
Kota Jambi, prestasi yang tak pernah dilupakannya sepanjang karirnya sebagai
PNS, dia menjabat sebagai lurah hingga tahun 2006.
Di tahun 2006, Haris hijjrah ke Sarolangun sebagai Kasubbag Rumah
Tangga Pemkab Sarolangun, dua tahun menjabat, Haris dipindahkan lagi sebagai
Kepala Bidang Penanaman Modal pada Bappeda Sarolangun, tahun 2008 dia pindah
tugas lagi sebagai Sekretaris Dukcapil Pemkab Sarolangun.
Setahun kemudian, 2010 dia ditempatkan sebagai Kabag Rumah Tangga di
Biro Umum Setda Provinsi Jambi, lalu di 2011, Haris dipercaya sebagai Kepala
Biro Umum Setda Provinsi Jambi hingga sekarang.
Kini, pemuda yang pernah berjualan koran, martabak, mengganti oli,
operator studio, dipercaya banyak orang untuk maju ke Pemilukada Merangin tahun
2013. Dengan tekad dan modal kerja keras serta mengerti tentang kehidupan
dijenjang bawah, Haris, siap memimpin Kabupaten Merangin ditahun mendatang.
Harapannya sederhana, sesederhana hidupnya yang ingin sejahtera meski
melalui masa-masa sulit diberbagai tapakan kaki, Menurutnya, “PERJUANGAN ADALAH SESUATU YANG ABADI DIDIRI MANUSIA, DAN KEBERHASILAN HAMPIR SELALU DIRAIH SETELAH PERJUANGAN KERAS”.
MAJU, MAJULAH HARIS, JAYA, JAYALAH MERANGIN
0 komentar:
Posting Komentar